Senin, 20 Oktober 2014

isi tak serupa sampul

"don't judge the book by its cover." Demikian idiom yang lebih akrab terdengar oleh sebagian banyak orang.
Saya tidak sedang ingin latah mengomentari Menteri Kelautan dan Perikanan di Kabinet Kerja, perempuan nyentrik yang merokok dan bertatto tapi bla bla bla....., kemudian membandingkannya dengan Gubernur Banten, perempuan berjilbab yang tidak merokok dan tidak bertatto tapi bla bla bla..... Saya tak perlu jabarkan, karna niatnya memang bukan hendak menulis tentang mereka.

Ini tentang pertemuan dengan seorang kawan lama. Saya tidak benar-benar mengenal dengan baik pribadinya. Dalam rentang lima tahun perkenalan kami, bertemu hanya beberapa kali saja. Tidak sampai habis dihitung dengan jari jemari sebelah tangan. Selama itu, saya mengenalnya tak lebih dari sosok pria yang urakan (peminum alkohol dan belakangan saya ketahui dari blognya ngedrugs juga), karna memang demikan penampilan yang dia tunjukan. Bahkan saya pernah merasa sangat ketakutan
karna dia pernah melontarkan ucapan yang ngelantur. Dia kerap datang dan pergi sesukanya. Menghubungi saya pun ya sesukanya. Komunikasi kami tidak cukup intens di era maraknya media sosial ini. Kalau pun terbangun komunikasi, lebih dipenuhi dengan saling cela yang tak butuh banyak aksara. Jadi saya pikir lumrah kalau kemudian saya menganggapnya teman biasa saja, sangat biasa.

Beberapa hari yang lalu dia datang ke kantor, setelah sebelumnya muncul nge-whatsapp saya. Dia datang mengantarkan brosur usaha yang sedang digelutinya. Kami mengobrol panjang, sampai tak terasa telah menghabiskan sisa jam kantor :D  Kami pun memutuskan menyudahi obrolan. Bersama meninggalkan kantor. Tanpa rencana, di tengah perjalanan dia menawarkan untuk mampir ke kost-annya yang memang tidak cukup jauh dari kantor, tidak berarti dekat juga.

Tiba di kostnya, saya teringat belum menunaikan sholat Ashar, karna semula saya akan langsung pulang dan masih punya banyak waktu untuk sholat Ashar di rumah. Saya pun berniat hendak menumpang sholat di kostnya. Namun kemudian terlintas dibenak saya, mukena saya tinggal di kantor. Mukena atasan, ah saya bisa ulur jilbab saya. Sajadah, saya bisa pinjam alas apa saja yang dia punya asal bersih. Nah sarung? Sebelum bertanya pada dia, bathin saya mendahului, "apa iya dia punya sarung? agamanya apa juga gw nggak tau?". Saking terlalu kuatnya image urakan dia di kepala saya :D Akhirnya saya urungkan niat untuk menumpang sholat Ashar di kostnya.
Tak lama kemudian ketika saya berjalan ke kamar mandi dan melintasi kamar kostnya yang telah dibuka, diam-diam saya tertampar saat saya menoleh sesaat ke arah kamarnya. Mata saya menemukan sajadah diatas tumpukan buku-buku diatas lemarinya. Saya tertegun, sangat.

Selesai saya dari kamar mandi, dia keluar dari kamarnya dan menyodorkan sebuah buku novel hasil karyanya yang masih bersegel. "Buat loe nih," serunya. Saya menerimanya, menyandarkan diri pada sofa di selasar kost-annya, kemudian membuka segelnya. Membuka lembaran pembuka, membuat saya tertampar untuk kedua kalinya. Ya, masih tertampar diam-diam.
Dia, yang saya kenal tidak lebih sebagai pria urakan. Dia, yang beberapa kali (tidak pernah saya identifikasikan sebagai nada bercanda atau serius) memproklamirkan dirinya atheis. Dia, menyebut Allah SWT diurutan teratas dan sebagai yang utama penerima ucapan terimakasih dan syukurnya atas penerbitan novelnya tersebut.

Tidak sampai disitu. Sepanjang interaksi kami di kostnya, saya diam-diam mengumpulan catatan baik tentang dirinya. Selain (dengan kesadarannya sendiri) dia telah berhenti "minum", dia telah berhenti ngedrugs, bahkan dia juga telah berhenti merokok. Dan dengan diam-diam pula, saya merasa sangat bersalah telah menghakiminya. Meski saya menghakiminya pun dengan diam-diam. Maafkan saya, kawan.

Keesokannya, berbekal informasi dari novelnya, saya menemukan blognya. Membaca tuntas. Menemukan sebagian tentang kisah hidupnya yang selama ini tidak pernah dia ceritakan, membuat pandangan saya tentang dirinya menjadi bergeser jauh. Dia lebih dari sekedar sosok yang urakan. Dia sosok urakan yang hebat dan baik, sangat baik.

"Lo salah satu teman baik gue." ucapnya lewat whatsapp terakhir, sebelum kemudian menghilang lagi dan memblokir nomor whatsapp saya hahahaha..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar